Thursday, 22 November 2012

MAKALAH TRANSPORTASI ABANK

Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Alat Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. TRANSPORTASI DARAT Sarana Angkutan Jalan Raya : Angutan Jalan adalah kendaraan yang diperbolehkan untuk menggunakan jalan. Angkutan jalan ini diantaranya adalah : 1. Sepeda Motor, adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping. 2. Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 3. Mobil Bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 1 2 4. Mobil Barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus. Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman. Sarana Angkutan Kereta Api : Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif besar sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara. Prasarana Transportasi Darat : Jalan dan Jembatan, adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas 3 permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Rel Kereta, digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup, penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat e digunakan untuk bantalan beton atau semen. Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton. Terminal Transportasi : Terminal bandar udara, sebuah bangunan di bandara Terminal bus, sebuah fasilitas transportasi jalan Stasiun terminal, sebuah stasiun kereta penumpang Terminal container, fasilitas yang menangani perkapalan Stasiun Kereta Api, adalah tempat di mana para penumpang dan barang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. 4 Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter. Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta api masih ditarik oleh lokomotif uap. Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada 5 masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api. Halte, adalah tempat pemberhentian sementara untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Sekarang ini sering dikenal halte bus dan angkutan kota, dahulu ada juga halte kereta api. ATCS, Sistem Kendali Lalu lintas Kendaraan atau Auto Traffic Control System (ATCS) adalah pengendalian lalu lintas dengan menyelaraskan waktu lampu merah pada jaringan jalan raya. TRANSPORTASI LAUT Sarana Transportasi Laut : Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil. Berabad-abad lamanya kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan. Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat.Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan 6 jembatan atau terowong. Sampan (bahasa Tionghoa) adalah sebuah perahu kayu tiongkok yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 – 8 orang, tergantung ukuran sampan. Sampan ada kalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak digunakan untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk menghadapi cuaca yang buruk. Kata “sampan” secara harafiah berarti “tiga lembar papan” dalam bahasa Kanton, dari kata Sam (tiga) dan pan (papan). Kata ini digunakan untuk merujuk pada rancangan perahu ini, yang terdiri dari sebuah dasar yang datar (dibuat dari selembar papan); dua lembar papan lainnya dipasang di kedua belah sisinya. Sampan digerakkan dengan sepotong galah, dayung atau dapat pula dipasangi motor di bagian belakangnya. Prasarana Transportasi Laut : Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. 7 Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan. Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera. Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :  Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)  Perlindungan dari angin, ombak, dan petir  Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk  Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa yacht, armada militer, cruisine line, pesawat barang atau penumpang. TRANSPORTASI UDARA Sarana Transportasi Udara : Pesawat terbang atau pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat saja adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfir atau udara. Prasarana Transportasi Udara : Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. 8 Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah “lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat”. BAB II PEMBAHASAN Akar Masalah Transportasi yang ada di DKI Jakarta Menurut saya apa yang terjadi di Jakarta saat ini bukan karena kepadatan penduduk yang banyak datang ke Jakarta dan bukan karena begitu banyaknya sepeda motor atau mobil pribadi..namun masalah utama Jakarta sebenarnya ada beberapa yang harus segera dicari jalan keluarnya oleh Pemda DKI yaitu : 1.Jalan. Banyaknya mobil pribadi,bus,dan sepeda motor tidak diimbangi dengan tersedianya jalan yang banyak di Jakarta hingga menyebabkan kemacetan parah di seluruh titik-titik rawan kemacetan. Seharusnya Pemda DKI bisa menyediakan jalan yang banyak dan juga jalan-jalan alternatif di seluruh Jakarta agar prediksi yang memberitakan kalau 2015 akan terjadi kemacetan total di Jakarta tidak terjadi. Dan jalan-jalan yang tersedia sekarang sudah tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang menurut saya sudah melewati batas normal. Seharusnya Pemda DKI bisa mengatasi kemacetan itu,bukannya malahan menyalahkan masyarakat yang menggunakan kendaraan. Harusnya Pemda DKI bisa menyediakan jalan yang banyak dan besar bagi para pengguna jalan agar waktu para pengguna jalan tidak habis dijalan dan mereka bisa beristirahat dengan tenang di rumah supaya efisiensi kerja mereka tidak terganggu dengan kemacetan. 9 10 Dan agar mereka tidak terlambat tiba di tempat kerja mereka. Satu-satunya cara agar macet ini bisa ditanggulangi adalah dengan menghentikan pembangunan Mall-mall yang tidak perlu yang mana itu salah satu penyebab kemacetan. Dan satu lagi, Pemda DKI harus menghancurkan gedung-gedung yang tidak berpenghuni dan tidak memiliki izin. 2. Keamanan untuk naik angkutan umum. Sosialisasi Pemda DKI agar masyarakat Jakarta beralih ke angkutan umum saya rasa masih kurang dilakukan. Persoalan paling mendasar adalah "KEAMANAN!". Itu satu-satunya persoalan paling penting yang harus dibenahi oleh Pemda DKI. Dan satu persoalan paling penting adalah kenyamanan yang mana sampai saat ini belum memuaskan para pengguna angkutan umum. saya harap Pemda DKI serius melihat ini kalau tidak mau kemacetan ini terus berlanjut. 3.Jaminan dari Pemda DKI untuk menyediakan sarana dan prasarana transportasi. Kalau Pemda DKI ingin Jakarta ini bebas dari macet, Pemda DKI harus bisa dan mampu menjamin untuk menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang cepat,tepat waktu dan aman. Kita bisa lihat pada Singapura,Cina dll,. semua negara itu sukses dalam mengatasi kemacetan, tapi kenapa kita tidak bisa. Selama ini Pemda DKI hanya mengumbar janji-janji manis tanpa ada pembuktian atas janji-janji tersebut. Contoh nyata adalah janji pembangunan Monorail yang justru sampai saat ini tidak ada kelangsungannya dan yang ada hanya tiang-tiangnya saja yang berdiri. Kalau hanya janji,masyarakat tidak akan percaya lagi..lebih baik 11 Pemda DKI tidak berjanji apa-apa daripada hanya membuat malu,lebih baik diam tapi buktinya ada dan bisa dipertanggung jawabkan pada masyarakat Jakarta. 4.Penggunaan sepeda. Sekarang di Jakarta sudah banyak warga yang beralih menggunakan sepeda untuk menembus kemacetan yang semakin parah dan saya rasa itu langkah yang sangat baik. tapi masalahnya sampai sekarang jalur khusus sepeda belum ada di Jakarta,padahal sepeda adalah salah satu alat untuk mengurangi kemacetan dan juga belum ada tempat parkir khusus sepeda di Jakarta hingga menyebabkan banyak orang yang enggan menggunakan sepeda untuk bepergian atau bekerja..saya harap Pemda DKI bisa memberikan solusi terbaik dalam masalah yang sudah sangat memprihatinkan ini. Tapi Semenjak dihentikannya pengoperasian trem oleh pemerintah DKI Jakarta era 1970an, bus sudah menjadi sarana transportasi umum yang penting disamping sarana transportasi yang lain. Namun, selama 30 tahun lebih, porsi penggunaan bus semakin menurun dibandingkan dengan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor, dimana rasio kendaraan pribadi (92%) dan umum (8%) menjadi semakin lebar perbedaannya), sehingga public transport share nya menurun dari sekitar 70% (tahun 1970-an) menjadi 57% (1985) dan 45% (2000). Di sisi lain, paling tidak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, angkutan kereta hanya mengangkut sekitar 3% penumpang dan angka penumpang yang tidak membayar (free rider) mencapai 67%. Motorisasi mencapai puncaknya dengan pertumbuhan tertinggi 16% pertahun. Tahun 2004, angka penjualan mobil mencapai 500 ribu unit dan sepeda motor 4,5 juta unit tanpa pertumbuhan pembangunan dan 12 perbaikan kualitas jalan, memperburuk kondisi transportasi Jakarta. Belum lagi bila dikaitkan dengan pelayanan sarana transportasi publik yang sangat minim kualitas, supervisi dan monitoring yang lemah, dan sarana penunjang yang tidak nyaman (terminal), yang bahkan memberikan kesan menyeramkan. Menurunnya public transport share, pertumbuhan jumlah pengguna kendaraan pribadi, dan kualitas dan kuantitas sarana jalan yang kurang optimal inilah yang diyakini menjadi penyebab utama masalah transportasi di Jakarta. Sementara itu, isu premanisme di sektor transportasi dan rendahnya kualitas udara perkotaan (urban air quality) menambah kompleksitas masalah dan merambah area multi-disiplin dan multi-institusi. Sayangnya, efektivitas koordinasi antar lembaga-lembaga terkait dan berwenang untuk pemecahan masalah ini belum terlihat signifikansi hasilnya. Proposal Solusi Jangka Pendek: Prioritas Program Bus Priority or Bus Rapid Transit (BRT/Busway) Solusi masalah transportasi jangka pendek dapat dicapai dengan efektivitas pemanfaatan busway dan pemadatan kota (land consolidation) atau pemusatan pemukiman penduduk (lihat Diagram 1 dan Gambar 1). Dengan kata lain, jumlah penduduk di sepanjang koridor/sekitar terminal dipadatkan dengan apartemen yang berlantai banyak dan didukung oleh sarana-sarana umum dan sosial seperti pusat perbelanjaan, bank, kantor pos, rumah sakit dan ibadah, dan daerah hijau, sehingga dapat mengundang minat orang-orang tinggal di sekitar koridor. Hal ini direkomendasikan dengan pertimbangan bahwa kota Jakarta ternyata masih dapat dipadatkan sehingga memiliki potensi dukungan kebijakan land consolidation 13 yang sangat potensial. Dengan jumlah pengguna yang lebih padat, biaya yang dikeluarkan setiap pengguna akan menjadi lebih murah. Implementasinya mengacu pada kerangka Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan didukung komunikasi intensif kepada masyarakat sehingga menjadi insentif bagi perubahan pola hidup dan cara berpikir masyarakat dalam masalah kepemilikan rumah dan tanah. Lebih lanjut, program BRT yang menjadi prioritas utama dalam Pola Transportasi Makro (PTM) merupakan sebuah terobosan yang perlu untuk didukung dan dilanjutkan pembangunannya. Percepatan pembangunan koridor yang masih tertunda seyogyanya menjadi prioritas utama dengan tetap memperhatikan kualitas layanan, pemeliharaan, biaya operasional yang terjangkau dan dukungan tata kelola manajemen BRT yang efektif dan efisien. Beberapa dukungan teknis untuk menunjang solusi jangka pendek ini adalah:  Perlu kebijakan dalam pengembangan sistem transportasi di daerah penyangga (yang berpopulasi padat) ke tempat pemberhentian bus/stasiun, baik dilakukan dengan bantuan perusahaan transportasi swasta maupun pembangunan koridor penyangga baru.  Distribusi informasi dan simulasi sistem transportasi secara konsisten. Ini dilakukan dengan memanfaatkan media massa untuk distribusi informasi BRT dan tur promosi (promotional tour) kepada lembaga-lembaga (termasuk sekolah-sekolah) yang tertarik dengan BRT. 14  Perhatian terhadap kualitas dan perawatan sarana dan prasarana BRT, seperti stasiun/pemberhentian dan jembatan penyeberangan untuk menjaga keberlangsungan operasional dengan baik.  Pengadaan sarana yang memberikan insentif kepada konsumen untuk melakukan park and ride dengan penyediaan tempat parkir yang aman dan baik di area-area tertentu koridor BRT yang pada gilirannya menawarkan pilihan BRT daripada menggunakan kendaraan pribadi.  Menunjang promosi didalam BRT untuk mendukung biaya operasional dan mengurangi beban subsidi pemerintah dalam hal terjadi defisit. BAB III KESIMPULAN Permasalahan transportasi dan kemacetan di Jakarta memang kian mencemaskan. Tetapi harus diakui bahwa problem transportasi di Jakarta tidak hanya terkait sistem dan penyediaan sarana angkutan yang memadai . modern dan manusiawi tetapi juga terkait dengan peran dan perilaku [behavior) penggunajasa transportasi (PJT). Betapapun majunya moda dan sistem transportasi yang dibangun tanpa disertai oleh peran partipatoris dan perilaku positif dari PJT maka sistem tersebut tidak mungkin berjalan sesuai harapan.Sebagai penggunajasa tranportasi (PJT) rutin di Jakarta, kita tentu memiliki peran dan obsesi dalam mewujudkan sebuah sistem transportasi yang manusiawi dan mudah diakses oleh siapapun juga. Meski bukan faktor penentu kebijakan, peran sebagai pengguna jasa transportasi kini sangat diperlukan. Mengapa? Karena sebagai PJT. kita sebenarnya adalah aktor penting dari sebuah sistem makro transportasi. Tanpa pengguna atau penumpang, transportasi tidak mungkin berjalan efektif.Oleh karena itu patut disadari bahwa peran partlsipatoris PJT ini akan berdampak positif bagi kemajuan sistem transportasi di Jakarta. Peran Partlsipatoris Beragam peran partisipatoris dapat dilakukan oleh setiap PJT dalam beragam bentuk aksi seperti memberikan usulan, kritikan, sharing, hearing, solusi dan juga advokasi di bidang transportasi kepada para pengambil kebijakan dan stakeholder transportasi di Jakarta.Sebagai aktor. 15 16 PJT memiliki peran signifikan menjadi pressure group yang dapat mempengaruhi pengambil kebijakan dalam merumuskan pembangunan transportasi yang lebih baik. Demokratisasi sewajarnya juga memasuki ranah transportasi ini dimana PJT memiliki akses dalam memberikan beragam masukan bagi perbaikan moda, pelayanan dan sistem transportasi. Oleh karena itu. PJT dapat menyampaikan semua bentuk aspirasinya yang terkait dengan persoalan transportasi di Jakarta ini melalui beragam saluran aspirasi baik melalui DPRD. Eksekutif maupun melalui Dewan Transportasi Kota (DTK) Jakarta yang merupakan wadah bersama dalam merumuskan beragam usulan tentang kebijakan pentransportasian di ibukota ini. PJT yang kritis konstruktif sebenarnya adalah aset yang dapat memajukan dunia transportasi. Dalam keseharian, PJT juga dapat melakukan serangkaian aktivitas partislpatorisnya dalam bentuk mengawasi kegiatan transportasi di jalan dimana dia sebagai penggunajasa angkutan umum balk seperti angkot, bus atau kereta api. Seorang PJT dapat berperan sebagi watch dog jika melihat penyimpangan yang terjadi dalam proses transportasi seperti mempertanyakan kenaikan tarif diatas kewajaran, menegur sopir yang ugal-ugalan dan sebagai. Jika perilaku partisipatoris ini dilakukan secara massif oleh setiap pengguna jasa transportasi, kita patut optimistis pelayanan transportasi di Jakarta akan membaik. Tentu saja sikap partisipatoris ini membutuhkan can do spirit dan kesadaran tanggungjawab dari semua PJT. 17 Masalah Bersama Peran PJT partisipatoris memang tidak serta menyelesaikan beragam permasalahan transportasi yang mendera Ibukota saat ini. Bermacam problem seperti kemacetan, sarana transportasi yang tak layak Jalan, polusi kendaraan yang kian mengkhawatirkan, hingga kini memang belum menemukan solusi yang tepat.Wacana moda transportasi massal (MRT) diangkat sebagai solusi bagi Jakarta. Kemunculan busway yang awalnya disambut positif kini mulai didera beragam persoalan/yang menuntut penyelesaian cepat para pemangku kebijakan agar layanan bagi PJT kian baik. Intinya. Jakarta memang membutuhkan beragam masukan konstruktif dan partisipasi publik tentang apa yang harus dilakukan Pemda DKI Jakarta, termasuk merumuskan skala prioritas kebijakan tersebut. Disinilah peran yang bisa dimainkan PJT yang memiliki rasa tanggungjawab terhadap perbaikan sistem transportasi di Jakarta.Kita harus sadari, permasalahan transportasi di Jakarta tidak mungkin hanya di bebani kepada Pemda DKI Jakarta dan DPRD saja tetapi juga menuntut kita untuk senantiasa proaktif dalam mengambil peran sebagai pengguna moda transportasi.Apapun profesi kita, sebagai PJT kita harus mulai membiasakan diri memberikan tawaran solusi dan kritikan kepada stakeholder.Tanpa partisipasi publik kita khawatir sistem transportasi hanya bermuara kepada economi minded yang hanya mencari keuntungan semata. Sehingga dengan partisipasi kita dapat terlibat langsung dan tidak langsung dalam menikmati layanan transportasi. 18 Ada kata bijak, jika ingin melihat sesuatu lihatlah kondisi masyarakatnya. Jika ingin layanan transportasi di Jakarta ini bertambah baik maka lihatlah PJT-nya. jika dia peduli maka layanan transportasi akan semakin baik. Tapi jika PJT tidak peduli, acuh tak acuh dan ewuh pakewuh dalam memberikan kritikan boleh jadi kesuraman dan kesemrawutan sistem transportasi di Ibukota ini akan sulit diselesaikan secara baik. Sebagai PJT tentu kita juga memiliki harapan akan munculnya sistem transportasi yang menjamin kemudahan bagi siapa saja. Ketersediaan dan kelayakan moda transportasi modern saat ini merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Meski demikian, kemajuan sistem transportasi sekali lagi amat didukung oleh perilaku kita sebagai PJT yang cerdas, kritis, taat hukum dan bertanggungjawab. Oleh karena itu penumbuhan sikap PJT partisipatoris ini harus diawali oleh kesadaran pribadi dan internalisasinya dapat dilakukan melalui pengenalan budaya transportasi yang baik di kalangan pelajar, pemuda dan anggota masyarakat lainnya.Harus pula ada political will dan political action dari semua stakeholder khususnya Pemda DKI Jakarta untuk membangkitkan partisipasi warganya berperan serta dalam menata transportasi di Ibukota ini. Karena problem transportasi adalah permasalahan yang harus dicari solusinya secara bersama-sama. DAFTAR PUSTAKA Abubakar I., 2000, Pengembangan Transportasi Darat Nasional Memasuki Milenium Ketiga, Disampaikan pada Seminar Sehari Sekolah Tinggi Manajemen Transport Trisakti Jakarta, 26 Januari 2000 Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Strategi Dan Konsepsi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara, Bahan Rapat Kebijakan dan Program Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan, Bappenas, 8 Agustus 2002 Khisty, C. J. (1986). Undergraduate Transportation Engineering Education. Transportation Research Record. Miro Fidel (2003). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi/Edisi/ Ke-3/Jilid 1. Penerbit Erlangga.

No comments:

Post a Comment