Monday 28 January 2013

proposal skripsi fasilitas belajar motivasi dan lingkungan orang tua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah perbaikan dan penyempurnaan sistem pengajaran. Ini merupakan upaya yang paling utama. Upaya tersebut diarahkan pada peningkatan kualitas pengajaran, yang diharapkan dapat menghasilkan peningkatan hasil belajar para siswa. Menyadari akan pentingnya pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, maka pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan, disamping memperluas kesempatan belajar bagi semua warga negara. Walaupun pemerintah sudah berusaha secara optimal namun demikian masih ada hambatan beberapa aspek, salah satu aspek tersebut adalah siswa. Siswa yang diberi fasilitas sarana prasarana yang cukup tidak semuanya mencapai hasil belajar yang diharapkan bahkan tidak sedikit hasil belajarnya di bawah rata-rata. Banyak faktor terkait yang berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar ini. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari luar dan dalam. Faktor dari dalam atau faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan keadaan/ hal-hal yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri atau dapat dikatakan sebagai faktor fisiolgis yang meliputi aspek jasmani, panca indra, kondisi sosial ekonomi serta faktor psikologis yang meliputi motivasi, kecerdasan, sikap, minat dan bakat dalam diri siswa. Faktor dari luar yang biasa dikenal dengan faktor eksternal/eksogen adalah ”faktor yang berkaitan dengan pengaruh/hal-hal yang datang dari luar individu, seperti lingkungan, sarana dan prasarana belajar dan cara mengajar guru”(Slameto, 2003: 54-72). Faktor motivasi juga banyak mendapat perhatian dalam menentukan hasil belajar, terutama motivasi dari orang tua. Banyak kita temui kegagalan-kegagalan siswa dalam belajar karena kurang adanya motivasi orang tua yang mendukung tercapainya belajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil hasil atau tujuan tertentu. Bagi orang tua tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu anak agar timbul kemauan dan keinginan untuk meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi merupakan aspek yang sangat psikis (kejiwaan) yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, menurut Dalyono (2007: 57) motivasi terdiri dari dua macam yaitu: 1. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) Adalah dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. 2. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) Adalah dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman dan anggota masyarakat. Motivasi belajar adalah ”kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar”. Dalam penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi atau hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar juga meningkat. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, motivasi disini sangat diperlukan guna mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang (siswa) untuk belajar siswa. Bila diperhatikan faktor dari luar, di dalamnya termasuk fasilitas belajar. Secara umum fasilitas belajar yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan akan mendukung kegiatan belajar siswa. Menurut Arikunto (1998: 81) bahwa ”fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian belajar berhasil dengan lancar, efektif dan efisisen”. Jadi jelaslah bahwa suatu proses belajar yang berjalan lancar, efektif dan efisisen diperlukan fasilitas yang memadai. Dengan demikian akan membawa dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa fasilitas belajar mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pencapaian hasil belajar yang baik, demikian juga sebaliknya. Apabila fasilitas belajar kurang memadai maka hasil belajar yang dicapai kurang maksimal. Mungkin secara sepintas hal tersebut namun tentunya hal tersebut harus dibuktikan kebenarannya. Berikutnya yang mempengaruhi hasil belajar menurut Syah Muhibbin (2008: 137) adalah ”lingkungan tempat tinggal orang tua sekaligus siswa itu sendiri. Suasana lingkungan keluarga merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan siswa. Mengingat keluarga (orang tua) juga mempunyai peranan dan tanggung jawab besar dalam proses pendidikan siswa”. Oleh karena itu orang tua berkewajiban menyediakan sarana prasarana pembelajaran yang dibutuhkan siswa ketika sudah kembali ke orang tuanya sebagai pembelajaran setelah di sekolah. Sedangkan kondisi sosial ekonomi siswa itu sendiri tergolong relatif banyak yang kurang mampu sehingga sebagian waktu dari siswa tersebut dipergunakan untuk membantu keluarga dalam pencarian nafkah. Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ”Pengaruh Motivasi, Fasilitas Belajar dan Lingkungan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Petanahan”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yakni sebagai berikut : 1. Motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan belum mencapai maksimal. 2. Fasilitas belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan di rumah, media belajar dan sarana dan prasarana sekolah belum kondusif. 3. Lingkungan orang tua siswa SMA Negeri 1 Petanahan yang belum mendukung. 4. Hasil belajar siswa belum maksimal. C. Batasan Masalah Untuk membatasi cakupan penelitian ini, batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel yang diteliti yang mempengaruhi hasil belajar adalah hanya variabel motivasi, fasilitas belajar dan lingkungan orang tua siswa. 2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh oleh siswa kelas XI IPS semester II tahun pelajaran 2010/2011. 3. Penelitian dilakukan di kelas XI IPS semester II SMK Negeri 1 Petanahan tahun pelajaran 2010/2011. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan? 2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan? 3. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan orang tua terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan? 4. Apakah ada pengaruh antara motivasi, fasilitas belajar dan lingkungan orang tua siswa secara simultan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan. b. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan. c. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara lingkungan orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanhan. d. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara motivasi, fasilitas dan lingkungan orang tua siswa secara simultan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Petanahan. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak antara lain: a. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang baik bagi sekolah untuk lebih memperhatikan fasilitas belajar siswa dan mendorong siswa untuk memiliki motivasi yang tinggi. b. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan tambahan bukti empiris mengenai penjelasan motivasi, fasilitas belajar dan lingkungan orang tua siswa yang mempunyai pengaruh yang berarti bagi hasil belajar. c. Bagi pembaca, memberikan informasi ilmiah bagi peneliti lain untuk mengkaji hasil penelitian ini dan guna menambah pengetahuan tentang pendidikan. d. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. F. Sistematika Penulisan Skripsi 1. Bagian awal Bagian awal skripsi meliputi: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, surat pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran serta abstrak. 2. Bagian isi Pada bagian ini terdiri atas lima bab: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Berisikan mengenai landasan teori, penelitian relevan, kerangka pikir dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Berisikan tentang jenis penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisikan hasil penelitian, data hasil penelitian, dan pembahasan. BAB V PENUTUP Berisikan tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran. BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Di samping itu, kegiatan belajar dapat diamati oleh orang lain. Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar, lebih-lebih setelah dicanangkan wajib belajar. Namun apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai pengertian yang tidak sama. Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang mengemukakan tentang definisi belajar. a. Pengertian Belajar “Dalam pengertian yang umum atau popular belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan” (Soemanto, 2006: 103). Pengetahuan tersebut diperoleh dari beberapa pengertian dari beberapa ahli: 1) “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behaviour”, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut. (Hintzman dalam Syah, 2008: 90). 2) “Learning is the process by which behaviour (in the broader sense) is originated or charged through practice or training”, belajar adalah proses dimana tingkah laku, (dalam arti luas) ditimbulkan/diubah melalui praktek/latihan. (Howard L. Kingsley dalam Soemanto, 2006: 104). 3) “Any relatively permanent change in an organism’s behavioural repertoire that occurs as a result of experience”, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasilpengalaman. (Witting dalam Syah, 2008: 90). 4) “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan atau suatu perintah”. (Witherington dalam Purwanto, 2007: 84). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri organisme (manusia) yang relatif menetap yang disebabkan oleh latihan dan pengalaman di lingkungan. b. Pengertian Hasil Belajar Pencapaian hasil belajar siswa seperti yang telah dikemukakan di atas adalah dengan menampilkan data-data yang tertera pada raport sebagai bukti bahwa siswa telah belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut. Menurut pendapat Hamalik “tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek”. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek sebagai berikut: 1) Pengetahuan 2) Pengertian 3) Kebiasaan 4) Ketrampilan 5) Apresiasi 6) Emosional 7) Hubungan sosial 8) Jasmani 9) Etis 10) Sikap (Hamalik, 2007: 38) Seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Menurut W.J.S. Poerwadarminto (1976: 108) bahwa: Hasil belajar merupakan perpaduan dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha, sedangkan belajar adalah berusaha supaya mendapatkan kepandaian. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada seseorang dari tidak tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tersebut mencakup perubahan tingkah laku, pola pikir, kepribadian dan kebiasaan dan perubahan itu bukan karena secara kebetulan tetapi karena adanya usaha secara sengaja. Guna mengetahui sejauhmana usaha pembelajaran dan hasil kemajuan siswa, maka diadakan penilaian. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi yang penilaiannya dalam bentuk formatif maupun sumatif. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah pencapaian yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan bidang akademik atau ketrampilan tertentu yang dicatat dalam dalam rapot pada setiap akhir semester. c. Arti Penting Belajar Setiap orang butuh belajar karena hal itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam setiap usaha pendidikan. Melalui proses belajar orang bisa berubah dari semula tidak bisa menjadi bisa, dari semula tidak tahu sehingga dengan belajar manusia bisa berubah dan mempertahankan kehidupannya di era masa yang akan datang dan bahkan bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Tanpa kita sadari belajar dapat membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatif misalnya, dengan belajar kita menjadi lebih tahu tentang teknologi yang ada pada sekarang ini dan menyalahgunakannya yaitu dengan merakit bom atau persenjataan untuk memusnahkan orang lain. Selain dampak negatif, ada juga dampak positifnya yaitu apabila semua manusia mempergunakan pengetahuan yang ia dapat melalui belajar untuk kemajuan bangsanya. d. Ciri Khas Perilaku Belajar Setiap manusia yang belajar biasanya terjadi perubahan dalam diri manusia tersebut baik itu sedikit maupun banyak. Perubahan perilaku siswa tersebut menurut Surya (1982) yang dikutip oleh Syah (2008: 116) antara lain: 1) Perubahan itu intensional/perubahan karena pengalaman bukan karena kebetulan. 2) Perubahan itu positif dan aktif. 3) Perubahan itu efektif dan fungsional. Dari ciri-ciri perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan itu selayaknya bersifat positif sesuai dengan perubahan siswa dalam belajar itu berkat pengalaman yang ia dapat dari lingkungan dimana siswa berinteraksi dan bukan karena factor kebetulan saja yang diharapkan dari hasil belajar dan perubahan tersebut membawa pengaruh yang baik bagi diri siswa dan bermanfaat bagi siswa tersebut dalam menjalani kehidupan di lingkungannya. e. Jenis-jenis Belajar Dalam proses belajar belum dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memilki corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. 1) Belajar Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. 2) Belajar Ketrampilan Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot/neuromuscular. Tujuan belajar adalah memperoleh dan menguasai ketrampilan fasemaniak tertentu. 3) Belajar Sosial Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan belajar adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. 4) Belajar Pemecahan Masalah Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara asistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh kemampuan-kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. 5) Belajar Rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuan ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsisp-prinsip dan konsep-konsep. 6) Belajar Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukkan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). 7) Belajar Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuan adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu. 8) Belajar Pengetahuan Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kait khusus dalam mempelajarinya. (Syah, 2008: 122-124) Berdasarkan jenis-jenis belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis-jenis belajar itu bermacam-macam diantaranya belajar untuk memahami dan mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah belajar tersebut, belajar untuk menguasai ketrampilan tertentu serta cakap dalam mempergunakan konsep-konsep, belajar untuk memperoleh kebiasaan yang baru dan bersifat positif, belajar untuk memahami terhadap suatu objek tertentu serta belajar untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang baru. f. Prinsip-prinsip Belajar Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Berdasarkan berbagai prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu yaitu: 1) Perhatian dan motivasi 2) Keaktifan 3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman 4) Pengulangan 5) Tantangan 6) Balikan dan penguatan 7) Perbedaan Individu (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 42-49) Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip belajar itu terdiri dari perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individu. 2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Motivasi adalah “dorongan yang terdapat dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya” (Uno, 2010: 3). Menurut Soemanto (2006: 212) motivasi didefinisikan “sebagai suatu perubahan tingkah laku yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan”. Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (1984) yang dikutip oleh Djaali (2007: 101) “motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan”. Sementara itu menurut Gates, dkk (1954) yang dikutip oleh Djaali (2007: 101) mengemukakan bahwa “motivasi adalah suatu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Motivasi merupakan segala daya pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi yang dapat mengalami suatu kegagalan karena kurangnya motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar dikenal dengan adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar itu mencapai tujuan. Peranan motivasi sangat penting dalam hal belajar, karena mempergunakan dan menghubungkan motivasi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu kegiatan di dalam situasi belajar, dan menggiatkan anak atau siswa dalam belajar. Siswa atau individu memiliki kecenderungan yang asasi untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui cara-cara tertentu. Jika siswa menunjukkan suatu objek maka individu atau siswa menaruh minat terhadap objek tersebut. Minat tersebut adalah suatu motivasi yang menyebabkan individu itu berhubungan secara aktif terhadap objek yang menarik baginya, dan minat yang menyebabkan siswa atau seseorang menunjukkan suatu sifat minat yang akan menimbulkan suatu sikap. Menurut Uno (2010:23) bahwa: Hakikat motivasi belajar adalah “dorongan internal dan eksternal pada siswa-siwa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik”. b. Jenis-jenis Motivasi Syah (2008: 136-137) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu: 1) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi materi tersebut. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melekukan kegiatan belajar pujian dan hadiah, peraturan tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahawa setiap manusia itu mempunyai motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk memuaskan segala keinginannya. c. Pentingnya Motivasi Dewasa ini motivasi dalam belajar sangat diprioritaskan apalagi setelah dicanangkan wajib belajar. Banyak kalangan terutama guru berusaha memotivasi siswanya agar belajar lebih giat supaya bisa berprestasi dengan baik sesuai dengan harapan dari siswa tersebut juga harapan dari bangsa karena dengan motivasi yang tinggi dalam belajar memungkinkan siswa berprestasi baik pula. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. 3) Mengarahkan kegiatan belajar. 4) Membesarkan semangat belajar. 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 85) Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dengan motivasi yang tinggi akan memicu semangat siswa dalam belajar dari yang semula siswa tidak mengetahui akan suatu hal, dengan keinginan yang kuat maka siswa akan berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaatnya itu sebagai berikut: 1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar. 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam. 3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran. 4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja”, tugas guru membuat siswa belajar sampai berhasil. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 85-86) Semua guru mempunyai keinginan untuk memotivasi siswanya dalam belajar sehingga siswanya bisa berprestasi, memberikan semangat kepada siswanya untuk terus belajar sehingga kelak bisa berguna bagi semua pihak. Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasakan motivasi, anak didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Untuk belajar sangat memerlukan adanya motivasi merupakan langkah yang akurat yang dimainkan oleh guru untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi anak didik. d. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar berada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 97-99) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Cita-cita aspirasi siswa 2) Kemampuan siswa 3) Kondisi siswa 4) Kondisi lingkungan siswa 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Setiap siswa mempunyai cita-cita yang tinggi. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut biasanya siswa berkeinginan untuk belajar lebih giat. Apalagi didukung oleh perasaan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk bisa meraih dan mewujudkan cita-citanya. Dengan bekal cita-citanya tersebut, siswa akan berusaha untuk terus belajar tetapi terkadang ada juga kendala yang harus dihadapi misalnya: kondisi fisik yang terkadang lemah, sering timbul rasa malas untuk belajar. Hal tersebut sering sulit dilalui oleh siswa. Tetapi karena ia mempunyai motivasi yang tinggi untuk terus belajar supaya cita-cita atau keinginannya tercapai maka siswa tersebut akan berusaha terus untuk semangat dalam belajar. Tidak hanya kondisi fisik siswanya yang berpengaruh tetapi juga kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Siswa yang tinggal di lingkungan yang gemar belajar maka siswa tersebut akan terpengaruh untuk belajar tetapi sebaliknya siswa yang tinggal di lingkungan yang sebagian siswanya suka bermain maka dengan sendirinya siswa tersebut akan terpengaruh bermain walaupun hal itu tidak berlaku bagi semua siswa. Tugas yang berat bagi orang tua dan guru untuk menyadarkan siswa atau anaknya untuk tetap belajar dan selalu berprestasi. e. Upaya meningkatkan motivasi belajar Motivasi belajar itu tidak ubahnya seperti garfik. Ada saatnya naik tetapi ada saatnya turun juga tetapi juga ada yang datar-datar saja. Hal itulah yang menyebabkan motivasi perlu ditingkatkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009, 101-106) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa diantaranya yaitu: 1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar. 2) Optimalisasi unsur dinamis belajar. 3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. 4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. 3. Fasilitas Belajar Dalam setiap aktifitas selalu diperlukan sarana dan prasarana, karena dengan adanya sarana prasarana itu akan membantu dan memperlancar aktifitas. Demikian pula dengan aktifitas belajar, juga membutuhkan sarana atau fasilitas yang memadai demi tercapainya keberhasilan dalam belajar. Menurut The Liang Gie (2002) yang dikutip oleh Puspitasari (2005: 23), fasilitas adalah “persyaratan yang meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadan siswa atau anak. Meliputi ruang tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku pegangan dan peralatan lain yang mendukung belajar”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas adalah “segala hal yang dapat mempermudah perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 34). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dibutuhkan aatau diperlukan untuk memperlancar pencapaian tujuan belajar. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Secara garis besar fasilitas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) Fasilitas Fisik Fasilitas fisik adalah semua fasilitas yang memiliki nilai benda atau fasilitas yang berupa benda. Misalnya: ruang belajar, meja belajar, kursi, komputer, kendaraan, buku dan lain sebagainya. Benda-benda itu yang direncanakan dan ada yang tidak direncanakan, yang kesemuanya itu akan mempunyai peran sendiri-sendiri dalam mencapai prestasi belajar. Fasilitas fisik juga bisa dikatakan sebagai fasilitas sumber. Fasilitas sumber dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Sumber belajar yang direncanakan, digunakan membantu proses belajar mengajar, contohnya ruang belajar, Video film, Tape dan sebagainya. 2) Sumber belajar yang tidak direncanakan, untuk tujuan belajar tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk memberi kemudahan dalam belajar. Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai (1987: 87), sumber belajar dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai berikut: a) Sumber belajar tercetak berupa hasil cetakan, misalnya: kamus, majalah, buku dan lain-lain. b) Sumber belajar non cetak yaitu merupakan sumber belajar yang bukan barang cetakan, misalnya: video film, tape dan lain-lain. c) Sumber belajar yang berupa fasilitas, yaitu sumber belajar yang mendukung kegiatan belajar, misalnya: rumah, ruang belajar, meja belajar, lampu belajar dan lain-lain. d) Sumber belajar yang berupa kegiatan, yaitu kegiatan yang dilakukan sehingga dapat memperoleh pengalaman. e) Sumber belajar yang berupa lingkungan, lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap hasil pendidikan, lingkungan yang baik akan menimbulkan pengaruh yang baik pula terhadap siswa. Contohnya: masyarakat, pasar, pabrik, terminal dan lain-lain. 2) Fasilitas Belajar Non Fisik Fasilitas belajar non fisik adalah semua fasilitas yang menyangkut tentang kejiwaan dan dan bukan berwujud benda yang termasuk fasilitas psikologi diantaranya orang tua atau wali, saudara, teman dan sebagainya, yang dapat membantu siswa dalam belajar. Berdasarkan keadaan tertentu seorang siswa sangat memerlukan dan membutuhkan bantuan dari orang lain dalam menyelesaikan masalah belajar yang mereka hadapi, sehingga dengan adanya fasilitas belajar psikologi di rumah diharapkan siswa mendapatkan motivasi dari orang tua, nasehat dari orang tua dan konsultasi dengan orang tua. 4. Lingkungan Orang Tua a. Pengertian Lingkungan Berdasarkan proses pembelajaran hakikatnya terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan. 1) Menurut Hamalik (2007: 195) ”Lingkungan adalah suatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu”. 2) Menurut Dalyono (2007: 129) ”Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan dan stimulus di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, maupun sosial kultural”. b. Pengertian Orang Tua Orang tua adalah ”ayah dan ibu kandung” . (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004: 706). Sedangkan Dalyono (2007: 59) menyatakan bahwa : ”Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat berlangsungnya pendidikan bagi anak. Selain menyediakan fasilitas belajar yang memadai, pengaruh dan perhatian orang tua sangat diperlukan dalam mendorong kegiatan belajar siswa sehingga menghasilkan hasil belajar yang memuaskan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan orang tua dalam mempengaruhi proses pembelajaran yang ada di lingkungan keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah Muhibbin (2008: 138), bahwa ”Lingkungan lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga itu sendiri”. c. Pengelompokkan Lingkungan Orang Tua Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa tergantung dari keadaan lingkungan anak itu sendiri serta keadaan jasmani dan rohaninya. Menurut Hamalik (2007: 196) lingkungan belajar/ pendidikan terdiri dari berikut ini: 1) Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil. 2) Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya. 3) Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar. 4) Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan. (Hamalik, 2007: 196) d. Fungsi Lingkungan Suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi Psikologis Stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon , yng menunjukkan tingkah laku tertentu. Respon tadi pada gilirannya dapat menjadi stimulus baru yang menimbulkan respon baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi-fungsi psikologis tertentu. 2) Fungsi Pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. 3) Fungsi Instruksional Fungsi Instruksional merupakan suatu lingkungan pangajaran/pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa. (Hamalik, 2007: 196) Penulis berkesimpulan bahwa suasana batin dan fisik seseorang (siswa) dapat mempengaruhi suasana belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga kondisi keluarga mempengaruhi suasana pembelajaran siswa. B. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang dilakukan Fitriya Dwiyarti dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar SiswaSMK Putra Bangsa Salaman. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, diperoleh persamaan Y = 54,433+ 0,266X1 serta dengan menggunakan analisis korelasi. Untuk memperjelas pengaruh antara motivasi, fasilitas belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa diperoleh R square sebesar 0,675 dan F hitung sebesar 20,555 dengan sig = 0,000 < 0,05. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Ngazam dengan judul Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa kelas XI semester II SMA Negeri Mirit. Dari hasil analisis data diketahui bahwa fasilitas belajar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar ekonomi dengan harga rx2y = 0,844 dan sig < 0,05 (0,000). Besarnya varian diperoleh R2 = 0,484 sehingga besar sumbangannya 48,4%. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Erni Maytasari dengan judul ”Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 23 Purworejo Tahun Pelajaran 2006/2007” dengan populasi 210 siswa, pengambilan sampel mengacu pada tabel kreijci dengan taraf signifikansi 5% diperoleh sampel sebanyak 132 siswa. Berdasarkan hasil analisis diskriptif menunjukkan bahwa lingkungan belajar berada pada kategori cukup sebesar 59,09 % dan berdasar analisis kuantitatif menunjukkan bahwa variabel lingkungan belajar secara positif dan signifikan mempengaruhi prestasi belajar IPS sebesar 37,30%. C. Kerangka Pikir Keberhasilan siswa di dalam belajar tergantung dari banyak hal dan salah satunya yaitu motivasi, fasilitas belajar dan lingkungan orang tua. Seorang siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan memiliki dorongan dan kemauan yang besar untuk belajar. Siswa akan meluangkan waktunya untuk belajar atau mempelajari kembali bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya atau yang ia dapatkan dalam referensi buku yang lain tanpa bosan sehingga apabila menemukan kesulitan dalam belajar, maka ia tidak segan-segan bertanya kepada guru atau temannya yang lebih tahu. Sebaliknya bagi siswa yang tidak atau kurang mempunyai motivasi, ia tidak akan terdorong untuk belajar, merasa malas dan enggan untuk belajar, dengan demikian maka ia akan merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal dengan baik, sehingga prestasinya akan menurun. Selain motivasi fasilitas belajar yang ada juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin lengkap fasilitas belajar yang ada maka hasil belajar juga akan tinggi karena semua fasilitas belajar yang diperlukan sudah tersedia. Berikutnya yang mempengaruhi hasil belajar adalah ”lingkungan tempat tinggal orang tua sekaligus siswa itu sendiri. Lingkungan orang tua terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat adalah tempat siswa untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan makhluk hidup di sekitar dirinya. Di lingkungan keluarga, apabila keadaan dan suasana keluarga yang harmonis dimungkinkan siswa dapat memudahkan siswa berkonsentrasi untuk belajar kembali dengan optimal di rumah setelah mempelajarinya di sekolah. Juga apabila siswa bersama orang tua berada di lingkungan masyarakat yang terpelajar dan suasana yang mendukung proses belajar mengajar. Maka apabila di lingkungan baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat mendukung terciptanya proses belajar mengajar dimungkinkan siswa akan memperoleh belajar yang lebih baik. Namun jika sebaliknya, lingkungan orang tua (keluarga) tidak kondusif atau bukan pada masyarakat berpendidikan, maka kemungkinan hasil belajarnya juga kurang baik. Apabila digambarkan paradigma penelitiannya akan nampak sebagai berikut: Keterangan: : Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual : Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama X1 : Motivasi X2 : Fasilitas Belajar X3 : Lingkungan Orang Tua Y : Hasil Belajar r1 : Besarnya pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar r2 :Besarnya pengaruh Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar

Wednesday 16 January 2013

pasar persaingan sempurna

1. Pasar Persaingan Sempurna Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna : 1. Perusahaan adalah price taker, Price taker atau Pengambil harga artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. 2. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk Sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. 3. Menghasilkan barang serupa Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau serupa. 4. Terdapat banyak perusahaan di pasar Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relative kecil kalau dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. 5. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar Dalam pasar persaingan sempurna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat banyak. 2. Pasar Monopoli Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis". Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market). ciri-ciri : 1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran 2. tidak ada barang subtitusi/pengganti yang mirip (close substitute) 3. produsen memiliki kekuatan menetukan harga 4. tidak ada pengusaha lain yang memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berapa keunggulan perusahaan. Monopoli yang Tidak Dilarang : Monopoli by Law Monopoli oleh negara untuk cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Monopoli by Nature Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung iklim dan lingkungan tertentu. Monopoli by Lisence Izin penggunaan hak atas kekayaan intelektual. 3. Pasar Monopolistis Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Ciri-ciri Pasar persaingan monopolistik: 1. banyak pembeli dan banyak penjual 2. produk yang terdiferensiasi 3. informasi produk cukup 4. free entry 5. mirip dengan pasar persaingan sempurna. 6. produsen/penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga. 7. relatif murah keluar masuk pasar. contohnya:snack,nasi goreng,pulpen,buku,pensil,dll. 4. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Ciri-ciri pasar oligopoli adalah sebagai berikut : a. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar. b. Barang yang diperjualbelikan dapat homogen dapat pula berbeda corak (differentiated product). c. Terdapat halangan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar. d. Satu di antara oligopoli merupakan market leader, yaitu penjual yang memiliki pangsa pasar yang terbesar. Oligopoli terdiri dari dua macam, yaitu sebagai berikut : 1. Oligopoli murni (pure oligopol ) yang ditandai beberapa perusahaan menjual produk homogen. 2. Oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopol ) yang ditandai beberapa perusahaan menjual produk yang dapat dibedakan. Dampak negatif oligopoli terhadap perekonomian adalah sebagai berikut : a. Keuntungan yang terlalu besar bagi produsen dalam jangka panjang. b. Timbul inefisiensi produksi. c. Eksploitasi terhadap konsumen dan karyawan perusahaan. d. Harga tinggi yang relatif stabil (sulit turun) menunjang munculnya inflasi yang kronis.