a.
Technopreneurship
Ditilik
dari asal katanya, Technopreneurship merupakan istilah bentukan dari dua kata,
yakni teknologi’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan
untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri atau
sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan lat-alat, untuk
mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna memecahkan persoalan yang
ada. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang
merujuk pada seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan
keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer &
Scarborough, 2008).
Jika kedua kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan arti, karena Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi Informasi, yakni teknologi yang menggunakan Komputer sebagai alat pemrosesan. Posadas (2007) mendefinisikan istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi (PC). Sebagai contoh adalah bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer Apple yang pertama, atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari Google. Mereka inilah yang disebut sebagai para teknopreneur dalam definisi ini.
Dalam wacana nasional, istilah Technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan Teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama diatas, jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian Internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan Perangkat Lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha. Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut sebagai technopreneur. Disini, kedua pengertian ini akan digunakan bersama-sama.
Perkembangan teknologi yang tiada hentinya semakin lama semakin maju , memacu persaingan yang sangat ketat diantara pengelola bisnis yang menerapklan Technopreneurship sebagai incubator bisnis berbasis teknologi mereka,dimana teknologi memiliki peranan sebagai penggerak bisnisnya.
Dengan adanya teknologi tersebut,maka pasti akan lahir orang-orang yang mempunyai skil dalam bidang tersebut yang akan mengoperasikan teknologi tersebut ,seperti anak-anak lulusan IT dari perguruan tinggi contohnya,mereka itulah para calon technopreneur yang akan mengembangkan ide-ide baru untuk teknologi pada perusahaan,seorang technopreneur rela tumbuh dari bawah,untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, seorang technopreneur harus mempunyai ide-ide yang kreatif untuk mengembangkan suatu penemuannya.
Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini akan membahas tentang tecnopreneurship sebagai teknologi bisnis yang tidak lepas dari sosok technopreneur yang berhubungan didalam teknologi tersebut, Disinilah dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis yang ada pada saat ini.
Inovasi, kemampuan dalam teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan solusi untuk meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia yang sedang bertumbuh. Inovasi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk mengubah sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi dan lainnya) menjadi sebuah sumber penemuan yang baru.
Beberapa tahun terakhir ini, istilah teknoprenuership kerap sekali kita jumpai dan dengan di berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Buku-buku yang menggunakan istilah ini sebagai bagian dari judulnyapun sudah banyak bermunculan. Bahkan, ada beberapa universitas yang mulai menawarkan technoprenuership sebagai program studi dan membuka program master. Salah satu universitas di Asia yang menawarkan Master Degree Program in Technopreneurship adalah Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological University – NTU) Singapura. NTU bahkan memiliki pusat studi khusus untuk bidang ini yang dikenal dengan nama Nanyang Technopreneurship Center (NTC).
Jika kedua kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan arti, karena Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi Informasi, yakni teknologi yang menggunakan Komputer sebagai alat pemrosesan. Posadas (2007) mendefinisikan istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi (PC). Sebagai contoh adalah bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer Apple yang pertama, atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari Google. Mereka inilah yang disebut sebagai para teknopreneur dalam definisi ini.
Dalam wacana nasional, istilah Technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan Teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama diatas, jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian Internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan Perangkat Lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha. Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut sebagai technopreneur. Disini, kedua pengertian ini akan digunakan bersama-sama.
Perkembangan teknologi yang tiada hentinya semakin lama semakin maju , memacu persaingan yang sangat ketat diantara pengelola bisnis yang menerapklan Technopreneurship sebagai incubator bisnis berbasis teknologi mereka,dimana teknologi memiliki peranan sebagai penggerak bisnisnya.
Dengan adanya teknologi tersebut,maka pasti akan lahir orang-orang yang mempunyai skil dalam bidang tersebut yang akan mengoperasikan teknologi tersebut ,seperti anak-anak lulusan IT dari perguruan tinggi contohnya,mereka itulah para calon technopreneur yang akan mengembangkan ide-ide baru untuk teknologi pada perusahaan,seorang technopreneur rela tumbuh dari bawah,untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, seorang technopreneur harus mempunyai ide-ide yang kreatif untuk mengembangkan suatu penemuannya.
Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini akan membahas tentang tecnopreneurship sebagai teknologi bisnis yang tidak lepas dari sosok technopreneur yang berhubungan didalam teknologi tersebut, Disinilah dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis yang ada pada saat ini.
Inovasi, kemampuan dalam teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan solusi untuk meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia yang sedang bertumbuh. Inovasi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk mengubah sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi dan lainnya) menjadi sebuah sumber penemuan yang baru.
Beberapa tahun terakhir ini, istilah teknoprenuership kerap sekali kita jumpai dan dengan di berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Buku-buku yang menggunakan istilah ini sebagai bagian dari judulnyapun sudah banyak bermunculan. Bahkan, ada beberapa universitas yang mulai menawarkan technoprenuership sebagai program studi dan membuka program master. Salah satu universitas di Asia yang menawarkan Master Degree Program in Technopreneurship adalah Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological University – NTU) Singapura. NTU bahkan memiliki pusat studi khusus untuk bidang ini yang dikenal dengan nama Nanyang Technopreneurship Center (NTC).
Technopreneurship
di Asia
Jika kita menengok ke
2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan Singapura
masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang Negara-negara ini
telah menjadi Negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri
teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian
diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di
bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian diikuti juga oleh
manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer
Pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit
adalah adanya inovasi.
Inovasi di bidang Teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang
dan menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun penanaman
modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India adalah sebuah Handheld PC
yang disebut sebagai Simputer. Simputer dikembangkan untuk pengguna pemula dan
dari sisi finansial adalah pengguna kelas menengah bawah. Simputer dijalankan
oleh prosesor berbasis ARM yang murah dan menggunakan Sistem Operasi berbasis
opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam
Telelink memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai.
Becak inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis. Penumpang
becak bisa menelpon dan tariff yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee per 20
menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang yang tidak memiliki keahlian
untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak tidak didasarkan pada gaji
yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif telfon yang
diperoleh (Wireless week,2003).
Di Filipina, perusahaan telefon SMART mengembangkan metode untuk melayani
transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui
telefon seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART
dapat meraup sekitar US $14 –21 trilyun per tahunnya dari biaya transfer
program ini.
China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan
kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di
tahun 2004 dan akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson oleh Guangdong
membuktikan bahwa technoprenuership di China semakin kukuh.
Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh Silicon
Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi
yang tiada henti dari Silicon valley, maka negara-negara Asia berlomba untuk
membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan lokalitas yang
mereka miliki.
Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia
barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya
dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar
masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi
barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah
$1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan
oleh dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk
berinovasi dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat
marginal.
Arah
technopreneurship di Indonesia
Sebagian
besar wacana di negara kita mengarahkan Technopreneurship seperti dalam
definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka bisa
dijumpai bahwa pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang usaha bisnis.
Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini, maka peluang berbisnis
lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan bahwa
Technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai
contoh, penggunaan Perangkat Lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi
perusahaan Meubel. Jika sebelumnya, mereka harus membuat prototype dengan
membuat kursi sebagai sample dan mengirimkan sample tersebut, maka dengan
pemakaian Perangkat Lunak tertentu, maka perusahaan tersebut tidak perlu
mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi
dalam bentuk soft-copy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi
software yang harus dibeli oleh perusahaan meubel tersebut.
Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di negara kita? Menurut hemat penulis, technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh negara-negara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website, penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi barat.
Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman Technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship seperti dalam definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para technopreneurship sejati yang akan membawa negara kita berjalan bersama-sama dengan India, Korea Selatan maupun taiwan.
Judul diatas saya peroleh ketika saya membaca sebuah majalah Business Opportunity yang sedang mewawancarai Ir. Ciputra (Pengusaha sekaligus pemrakarsa kampus-kampus entrepreneurship di Indonesia). Beliau menerangkan bahwa seorang entrepreneur itu dalam tingkatan tertinggi adalah ketika dia bisa mencipta peluang atau opportunity.
Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di negara kita? Menurut hemat penulis, technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh negara-negara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website, penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi barat.
Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman Technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship seperti dalam definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para technopreneurship sejati yang akan membawa negara kita berjalan bersama-sama dengan India, Korea Selatan maupun taiwan.
Judul diatas saya peroleh ketika saya membaca sebuah majalah Business Opportunity yang sedang mewawancarai Ir. Ciputra (Pengusaha sekaligus pemrakarsa kampus-kampus entrepreneurship di Indonesia). Beliau menerangkan bahwa seorang entrepreneur itu dalam tingkatan tertinggi adalah ketika dia bisa mencipta peluang atau opportunity.
Ada
tiga tahapan dalam pengertian opportunity yaitu:
1.opportunity
recognition yaitu sebuah proses yang menyadari bahwa permintaan sudah sangat
jelas demikian juga dengan suplai.
2.opportunity
seeking yaitu suplai sudah jelas sementara permintaan belum jelas.
3.opportunity discovery yaitu ketika kondisi sebaliknya terjadi ketika permintaan begitu tinggi tetapi belu terlayani oleh suplai.
3.opportunity discovery yaitu ketika kondisi sebaliknya terjadi ketika permintaan begitu tinggi tetapi belu terlayani oleh suplai.
Maka
deifinisi entrepeneruship mengacu pada opportunity creation yaitu ketika
permintaan dan suplai belum jelas, artinya permintaan dan suplai yang belum
jelas akan menimbulkan peluang-peluang yang bisa dijadikan usaha. Sehingga
penciptaan peluang adalah merupakan ketrampilan tertinggi.
Jadi
Technopreneurship adalah juga merupakan wirausaha yang memanfaatkan teknologi
sebagai tools untuk melakukan atau menciptakan peluang, khususnya dalam
penggunaan teknologi informasi. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sebuah
kecanggihan teknologi yang berkembang begitu cepat, salah satu diantaranya penciptaan
bisnis online. Bisnis online adalah sebuah penciptaan dimana peluang
perkembangan IT benar-benar bisa dimanfaatkan. Pasar yang begitu besar dan tren
dari penggunaan teknologi yang semakin meningkat di masyarakat adalah sebuah
peluang yang harus dimanfaatkan. Di Indonesia penggunaan teknologi informasi
saat ini merupakan salah satu penunjang sukses dari sebuah bisnis, artinya jika
perusahaan-perusahaan itu memanfaatkan teknologi maka perusahaan itu akan
tambah berkembang dan tumbuh. Bukan lagi khusus untuk pengembangan teknologi
sebagai bisnisnya tapi lebih cenderung sebagai media untuk penunjang
bisnis.Jika menilik dari pengertian technopreneurship, bahwa bisnis yang khusus
membuat komputer misalnya dia akan mengembangkan untuk membuat aksesoris-aksesories
yang lainnya, mulai pendingin komputer,mouse yang berwarna-warni , pembuatan
tas-tas laptop yang full design, dan yang lain sebagainya. Ambil contoh lagi
adalah Google, perusahaan yang dulunya hanya berkecimpung dibidang search
engine atau mesin pencari utama di dunia maya belakang ini mulai pengembangan
software android, kemudian mulai merambah sisi hardwarenya dengan berkolaborasi
dengan perusahaan hardware ternama. Inilah sebenarnya peluang yang ada
ditechnopreneurship yang memanfaat penelitian sebagai peluang yang sesungguhnya
sehingga bisa dijadikan sebuah bisnis yang maju.
Pemanfaatan teknologi sebagai syarat utama disebut technopreneurship
bisa kita lihat juga dalam bisnis perparkiran yang ada di mall ataupun
diintansi pemerintah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat misalnya rumah
sakit. Bagaimana dia full menawarkan teknologi sebagai solusi untuk mengatasi
manajemen perparkiran kendaraan bermotor, memanfaat sistem informasi parkir,
kemudian memanfaat cctv dan lain sebagainya sehingga jasa layanan parkir
menjadi lebih tertata, aman dan nyaman. Sehingga manajemen parkir akhirnya bisa
difranchise kan. Kemudian technopreneurship dibidang perbankan adalah
penggunaan teknologi yang ada di ATM-ATM bank, bagaimana ia membuat sistem
informasi yang benar-benar aman kemudian dia pasangkan di mesin ATM, kemudian
ditawarkan lagi sistem yang sudah jadi tersebut ke bank-bank yang lainnya
akhirnya ada yang disebut jaringan ATM LINK dan jaringan ATM PLUS. Dan hal ini
menjadi sebuah tren bisnis technopreneurship di bidang perbankan. Dan ada
banyak lagi contoh technopreneurship yang berkembang di berbagai bidang.
Bagaimana technopreneurship itu bisa diterapkan sebagai sebuah bisnis?
Einstain mengatakan bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan itu
sendiri karena pengetahuan meliputi yang kita tahu sementara imajinasi termasuk
kita tahu maupun yang tidak kita tahu. Sehingga kunci kreativitas adalah kunci
untuk mendorong inovasi seseorang sehingga melatih kreativitas sebagai sebuah
isu utama. Belajarlah kreativitas, belajarlah berinovasi dari yang ter kecil
sampai yang besar.
Pengaruh dan peranan TI terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia
sangat besar. Contohnya dengan adanya pembuatan website, forum, dan blog inilah
sebagai media yang bersifat sebagai jembatan antara penjual dan pembeli untuk
saling memberi informasi sekaligus bertransaksi semakin hari semakin banyak
saja, hal ini menunjukkan perkembangan situs-situs yang memiliki wadah untuk
bisnis online semakin berkembang tiap waktu. Ditambah dengan berkembangnya
dalam persaingan internet service provider yang memberikan fasilitas koneksi
internet kepada penjual dan pembeli dalam bisnis online, supaya dapat terhubung
secara online setiap saat dan dimanapun berada, sehingga calon konsumen dapat
dengan mudah mengakses situs-situs yang menawarkan produk dan jasa yang ingin
mereka dapatkan. Apalagi pengguna perangkat mobile di Indonesia juga semakin
berkembang, hampir tiap tipe handphone yang dimiliki oleh masyarakat pada masa
kini memiliki fasilitas atau fitur untuk dapat koneksi ke internet, hal ini
semakin memudahkan masyarakat supaya mendapatkan informasi-informasi terkini
dalam bidang bisnis online.
Memang yang namanya bisnis online tidak dapat terlepas dari peranan dunia TI, karena diawali dari perkembangan teknologi informasi terutama yang namanya internet inilah sehingga berlanjut dan berkembangnya terhadap bisnis online khususnya di Indonesia. Bahkan beberapa pengguna bisnis online di Indonesia menggunakan perangkat lunak untuk chatting seperti yahoo messenger untuk bertransaksi, tentunya perbincangan bisnis di yahoo messenger tersebut berawal dari suatu blog atau forum yang menawarkan barang dan jasa, lalu di forum atau blog tersebut memasang banner berupa logo YM agar ketika suatu saat ada calon konsumen yang tertarik dapat memastikan lebih jauh dan keseriusan dalam bertransaksi kepada sang penjual selain penggunaan handphone untuk sms atau telepon.
Tidak menutup kemungkinan juga bagi pebisnis online yang sudah masuk dalam skala bisnis yang besar memanfaatkan video conference sebagai sarana untuk berkomunikasi dan mempresentasikan produk atau jasa yang ditawarkan kepada klien. Hal seperti ini biasa terjadi untuk meminimalis kemungkinan pengeluaran biaya transportasi dan waktu yang terbuang dalam perjalanan.
Memang yang namanya bisnis online tidak dapat terlepas dari peranan dunia TI, karena diawali dari perkembangan teknologi informasi terutama yang namanya internet inilah sehingga berlanjut dan berkembangnya terhadap bisnis online khususnya di Indonesia. Bahkan beberapa pengguna bisnis online di Indonesia menggunakan perangkat lunak untuk chatting seperti yahoo messenger untuk bertransaksi, tentunya perbincangan bisnis di yahoo messenger tersebut berawal dari suatu blog atau forum yang menawarkan barang dan jasa, lalu di forum atau blog tersebut memasang banner berupa logo YM agar ketika suatu saat ada calon konsumen yang tertarik dapat memastikan lebih jauh dan keseriusan dalam bertransaksi kepada sang penjual selain penggunaan handphone untuk sms atau telepon.
Tidak menutup kemungkinan juga bagi pebisnis online yang sudah masuk dalam skala bisnis yang besar memanfaatkan video conference sebagai sarana untuk berkomunikasi dan mempresentasikan produk atau jasa yang ditawarkan kepada klien. Hal seperti ini biasa terjadi untuk meminimalis kemungkinan pengeluaran biaya transportasi dan waktu yang terbuang dalam perjalanan.
Sumber:
Dana, L.P. (2007). Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the Kingdom of Nepal to the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice. New Jersey: World Scientific Publishing Co
Dana, L.P. (2007). Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the Kingdom of Nepal to the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice. New Jersey: World Scientific Publishing Co
No comments:
Post a Comment